Kabupaten Solok | mediasinarpagigroup.com – Di sepanjang jalur Aripan–Tanjung Alai, pemandangan memilukan tak pernah absen menyambut setiap orang yang melintas. Bukan hamparan hijau ladang atau indahnya tepian Singkarak yang terlihat, melainkan tumpukan sampah menjulang dengan bau busuk yang menusuk hidung, 26/8/2025.
Sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, warga sekitar dipaksa hidup berdampingan dengan pemandangan jorok ini. Setiap kali angin berhembus, bau busuk merayap hingga ke pemukiman, jaraknya hanya sekitar 200 meter dari lokasi pembuangan liar. “Kami sudah tak sanggup lagi menghirup udara seperti ini. Jalan menjadi kotor, bau menusuk, bahkan sampai ke rumah-rumah,” keluh seorang warga yang enggan disebutkan namanya kepada Sinar Pagi Group.
Sampah yang dibuang pun bukan hanya sisa rumah tangga biasa. Di antara tumpukan plastik, pecahan kaca, dan limbah berbahaya, terselip bangkai ternak mati: anjing, ayam, dan lainnya. Semua bercampur, menghitam, dan menggunung di tepi jalan, bahkan ada yang longsor ke jurang hingga menutupi sebagian lahan pertanian warga.
Ironi semakin terasa karena di dekat lokasi, tepatnya di jalur Singkarak menuju Tanjung Alai, berdiri sebuah bangunan mengunakan dana, “DAK.bidang lingkungan hidup tahun anggaran 2024 tampak” fisik megah: fasilitas pengelolaan sampah. Bangunan yang konon menelan anggaran besar itu tampak kokoh, beberapa mesin bahkan masih terbungkus plastik. Namun apa gunanya? Hingga hari ini, bangunan tersebut hanya jadi monumen bisu tanpa fungsi. Sementara tak jauh dari pintunya, sampah tetap menumpuk seolah tanpa tuan.
“Kalau hanya untuk membangun proyek, lalu dibiarkan mangkrak, apa artinya? Kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar janji-janji,” ujar warga dengan nada getir.
Pertanyaan warga pun mengalir: apakah tumpukan sampah yang kian hari makin menyesakkan ini tidak masuk dalam program seratus hari kerja Bupati Solok yang salah satunya menjanjikan kebersihan lingkungan? Atau jangan-jangan, kata warga, proyek-proyek itu hanya jadi formalitas, sekadar menyalurkan anggaran tanpa manfaat yang dirasakan masyarakat.
Saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Solok, Asnur, SH, MM, sempat menjawab singkat bahwa ia sedang rapat. Belakangan ia menambahkan, tumpukan yang terlihat di foto wartawan adalah “sampah baru.” Namun jawaban itu terasa berbeda dengan keluhan warga yang menyebut bau busuk telah lama mendera mereka.
Memang, pembersihan sempat dilakukan. Tapi tanpa pencegahan tegas dan sistem yang jelas, sampah terus kembali menumpuk. Warga pun menilai DLH gagal memberi solusi permanen.
Kini, masyarakat Aripan dan Singkarak hanya bisa berharap. Harap pemerintah berhenti menjual janji. Harap ada tindakan nyata, agar jalan yang seharusnya menjadi akses indah menuju kawasan wisata, tidak lagi dikenal sebagai “lorong sampah.”
“Cukup sudah kami bertahan dengan bau busuk ini. Kami ingin bukti, bukan janji. Pemerintah harus turun tangan sebelum semuanya terlambat,” tutup warga penuh harap.(Defrizal)