Minggu, November 9, 2025
  • Login
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Daerah
  • Investigasi
  • Luar Negeri
  • News
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Daerah
  • Investigasi
  • Luar Negeri
  • News
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Peristiwa

Merdeka Ataoe Mati ! Surabaya, 10 November 1945

media sinar pagi group by media sinar pagi group
November 9, 2025
in Peristiwa
0
Merdeka Ataoe Mati ! Surabaya, 10 November 1945
0
SHARES
30
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Surabaya | mediasinarpagigroup.com – “Merdeka ataoe mati !” Pekikan sarat makna menggelora taruhan nyawa satu suara perlawanan terhadap penjajahan. Jiwa-jiwa pejuang tak kenal mati menelan habis penindasan ! “Merdeka ataoe mati !” Menggugah jiwa patriotisme menempa harapan yang menyala. “Allahu Akbar !” Gema takbir pekik Bung Tomo menggelegar menyeruak. “Merdeka ataoe mati !” Magis religius yang membakar semangat. “Merdeka atau mati !” Dipertahankan sampai titik darah penghabisan, berbekal tekad juga semangat maka meledak 10 November 1945.

Refleksi peristiwa heroik terjadi di Kota Surabaya tahun 1945 telah menorehkan sejarah, dan mengingatkan kembali akan peristiwa sakral, 10 November 1945 silam. Bung Tomo, lahir dengan nama Sutomo 3 Oktober 1920 di Surabaya adalah tokoh fenomenal dengan pidato atau orasinya penuh semangat melalui Radio Pemberontakan di Jalan Mawar 10-12 Kota Surabaya. Bung Tomo berhasil membangkitkan keberanian berjuang melawan pasukan sekutu. Seruannya “Merdeka ataoe mati !” Memotivasi para pejuang.

RELATED POSTS

Negeri Para Pahlawan di Dirampok Para Koruptor dan Para Pengkhianat Bangsa, Oleh Syahrul Amin Nasution (Dosen dan Penggiat Anti Korupsi)

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Tinjau Renovasi Rumah di Banyumas

Beberapa tokoh penting lainnya yang terlibat dalam pertempuran 10 November 1945 di antaranya : Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau Gubernur Suryo, Mayjen Sungkono Komandan BKR Kota Surabaya, KH Hasyim Asy’ari lewat fatwa “Resolusi Jihad” 22 Oktober 1945 menginspirasi ribuan santri dan pejuang, Moestopo, Soegiarto, H.R. Mohammad Mangoendiprodjo, Muriel Stuart Walker, Abdul Wahab Saleh seorang fotografer momen 10 November 1945. Sebagai Pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), Bung Tomo berada digaris depan perjuangan dalam mengobarkan semangat maupun mengorganisir perlawanan.

Pasca kemerdekaan tahun 1950 Bung Tomo diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata, Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI pada 1956-1959 mewakili Partai Rakyat Indonesia. Berada di dalam lingkaran kekuasaan tidak membuatnya kehilangan daya kritis terhadap program-program kepemimpinan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto.

Pada 11 April 1978 di era Orde Baru Bung Tomo ditahan oleh pemerintah selama satu tahun karena kritik-kritiknya yang keras. Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 ketika menunaikan ibadah haji di Padang Arafah. Jenazahnya di pulangkan ke Tanah Air dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya. Gelar Pahlawan Nasional di sematkan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan pada tahun 2008.

Selama ini, tiap tanggal 10 November tidak menjadi titik balik memaknai arti kemerdekaan hanya sebatas seremonial terkait titik krusial peringatan hari pahlawan, apakah kita telah benar-benar merdeka ? Kini tidak ada lagi “Merdeka ataoe mati !” 10 November dipandang sebagai kenangan belaka, sama halnya dengan hari-hari nasional lainnya bersikap acuh tak acuh, golongan tertentu saja yang merayakan jika ditinjau dari populasi penduduk. Mungkin pantas “Merdeka tapi mati !” Merdeka namun tetap saja kelaparan dan mati sebagai korban. Hidup serasa dijajah oleh bangsa sendiri. Hidup seperti terjajah oleh bangsa asing dan aseng.

Tidak sedikit saudara-saudari kita sebangsa dan setanah air kehidupannya sengsara bahkan mengenaskan. Membanting tulang demi hidup pada pekerjaan yang tak pantas dilakukan, hidup dirumah yang tak layak ditempati. Sungguh terlalu banyak disebutkan saudara-saudari kita sebangsa dan setanah air bertahun-tahun kehidupannya masih belum memiliki rumah imbas harga-harga kebutuhan melambung tinggi. Tidak adanya daya beli pada akhirnya kontrak di negeri sendiri. Entah sampai kapan ? Ataukah berlanjut hingga anak cucunya ? Padahal orang tuanya adalah seorang pejuang kemerdekaan meski pahlawan yang tidak dikenal. Sungguh miris menyaksikan saudara-saudari sebangsa dan setanah air dengan kondisi ekonomi yang terhimpit. Kemanakah kemerdekaan ?

Kini kemerdekaan semakin ringkih di simpul penyangganya oleh perilaku tamak segelintir elite dan oligarki, praktik korupsi sulit diberantas ! Mendarah daging secara budaya dan sistemik, dipengaruhi pragmatisme, keserakahan, sistem hukum yang lemah, birokrasi yang rumit, serta kurangnya akuntabilitas dan pengawasan. Menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan menciptakan ketimpangan sosial. Pengangguran struktural dampak minimnya lapangan kerja, eskalasi kriminalitas mengalami peningkatan, kondisi geografis terisolasi, dan kemiskinan absolut signifikan yang memunculkan implikasi kesenjangan semakin meluas. Pahlawan melintas batas untuk semua kalangan, sebagai sosok meletakkan kepentingan yang lebih luas diatas segelintir kepentingan. Pahlawan hadir tidak untuk diri sendiri, keluarga, kroni, kolega atau kelompok atau partai. Pahlawan hadir untuk kepentingan bangsa dan negara.

Merayakan hari pahlawan sebagai ikhtiar menyerap nilai perjuangan dari para pahlawan sekaligus mengaktualisasikan nilai-nilai kepahlawanan agar hidup didalam jiwa, sikap, dan tindakan. Para pahlawan berkorban demi merawat eksistensi dalam sejarah bangsa, jika nilai pengorbanan diaktualisasikan maka terbentuklah bangsa yang peka, saling membantu sesama, tidak lagi terjadi konflik didalam berbangsa dan bernegara. Hari pahlawan tidak sekadar diperingati namun lebih dari itu. Bagaimana kita dapat mengambil makna yang terkandung di dalamnya ? Pahlawan mengorbankan harta benda dan jiwa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pahlawan memberi bukan meminta, bukan pula mengambil dan itulah ciri berkorban. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang kita rasakan sekarang ini merupakan bentuk perjuangan para pahlawan. Seluruh penyelenggara negara dan pemerintahan hakikatnya adalah pengabdian dan pengorbanan.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa para pahlawan”. Memperingati hari pahlawan membangkitkan kembali memori kolektif, agar dapat meneladani nilai-nilai kepahlawanan. Perjuangan melanjutkan cita-cita para pahlawan mewujudkan bangsa dan negara yang berdaulat, adil, makmur, sejahtera, dan merdeka yang sesungguhnya ! Tidak sebatas di depan pintu gerbang kemerdekaan. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa sangat diperlukan dan harus kerap berdialog atau berdiskusi antar berbagai kalangan atau lintas generasi membuka peluang menghapus berbagai rintangan dengan kebersamaan. Peringatan hari pahlawan diharapkan tidak sebagai kegiatan rutin semata atau agenda tahunan, tetapi membawa konteks dan konsep yang jelas dalam upaya melanjutkan cita-cita perjuangan para pahlawan.

Di penghujung penulisan, marilah mengheningkan cipta sejenak, kita panjatkan doa dan kita berikan penghormatan yang setinggi-tingginya atas pengorbanan para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Ya Allah, Tuhan yang Maha Penyayang. Kami mohon kepada-Mu Ya Allah, terimalah persembahan dharma bhakti para pahlawan kesatria kusuma bangsa yang telah gugur dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Ampunilah dosa-dosanya, lipat gandakanlah pahala atas keikhlasannya, dan tempatkanlah di surga-Mu bersama para syuhada dan para nabi serta rasul-Mu. Ya Allah, Tuhan yang Maha Memberi Petunjuk.

Sadarkan hati kami sebagai generasi penerus, berilah kami kekuatan dalam melanjutkan perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan yang sesungguhnya demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin di bawah maghfirah dan rahmat-Mu. Aamiin Ya Rabbal Alamin.(Ris)

 

Artikel : Eko Gagak

 

ShareTweetSendShareScan
media sinar pagi group

media sinar pagi group

Related Posts

Negeri Para Pahlawan di Dirampok Para Koruptor dan Para Pengkhianat Bangsa, Oleh Syahrul Amin Nasution (Dosen dan Penggiat Anti Korupsi)

Negeri Para Pahlawan di Dirampok Para Koruptor dan Para Pengkhianat Bangsa, Oleh Syahrul Amin Nasution (Dosen dan Penggiat Anti Korupsi)

November 9, 2025
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Tinjau Renovasi Rumah di Banyumas

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Tinjau Renovasi Rumah di Banyumas

November 9, 2025
Wayang Dablongan di Purbalingga, Polisi dan Masyarakat Berbaur dalam Budaya

Wayang Dablongan di Purbalingga, Polisi dan Masyarakat Berbaur dalam Budaya

November 8, 2025
Polres Purbalingga Siap Menjadi Garda Penanggulangan Bencana Alam

Polres Purbalingga Siap Menjadi Garda Penanggulangan Bencana Alam

November 8, 2025

CATEGORIES

  • Nasional
  • News
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Uncategorized
mediasinarpagigroup.com

  • Pedoman Media Siber
  • REDAKSI

Copyright © 2021 MEDIASINARPAGIGROUP.COM. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Daerah
  • Investigasi
  • Luar Negeri
  • News

Copyright © 2021 MEDIASINARPAGIGROUP.COM. All Rights Reserved.