Banyumas | mediasinarpagigroup.com – Dampak terjadinya cuaca ekstrim selama tahun 2025 hingga akhir bulan desember ini, antara musim kemarau dan musim hujan tidak bisa diprediksi pergantiannya hingga merupakan kendala bagi warga masyarakat umum dalam melakukan berbagai aktifitas rutin sehari-hari.
Dampak yang dirasakan oleh warga masyarakat termasuk didaerah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yaitu banyaknya bahu jalan umum terutama jalur jalan dikampung/pedesaan yang mengalami rusak parah, memerlukan perbaikan dan pemeliharaan jalan yang keseluruhan panjangnya mencapai sekitar 804 km. tersebar di 323 jalur jalan, termasuk 147 jalur yang ada dikota Purwokerto. Sedangkan jalan kelas propinsi yang tersebar di 9 ruas jalan diwilayah Kabupaten Banyumas memiliki panjang jalan sekitar 42,7 km.
“Anggaran dari APBD untuk pemeliharaan jalan kita lakukan secara bertahap skala prioritas pada jalur jalan yang kondisinya benar-benar rusak parah”, kata Kepala Dinas PU Kabupaten Banyumas, Ir. Kresnawan saat ditemui wartawan Sinar Pagi, jum’at siang (19/12) dikantornya.
Pada musim kemarau para pengemudi kendaraan bermotor roda-dua/empat akan merasa tenang menjalankan kendaraannya, karena kondisi jalan yang terbentang didepannya akan tampak jelas halus mulus atau kasar berlubang parah/ringan.
Berbeda dengan cuaca ekstrim musim penghujan, para pengendara harus ekstra hati-hati karena kondisi jalan yang rusak parah berlubang sering tertutup oleh genangan air hujan yang melimpah, bila tidak hati-hati dan kecepatan laju kendaraan tidak terkendali, dapat mengakibatkan terjadinya laka-lantas, beresiko tergulingnya kendaraan (roda-dua) yang dikemudikannya.
Yang sering menjadi tanda-tanya dihati masyarakat pengguna jalan umum ini, kenapa kondisi infrastruktur fasilitas umum yang berfungsi sangat urgent untuk melancarkan roda perekonomian dan berbagai aktifitas lainnya ini cepat rusak/tidak tahan lama, sehingga harus sering dilakukan pemeliharaan dititik-titik ruas jalan yang potensial padat dilewati berbagai jenis kendaraan roda dua/empat.
Selain meningkatnya jumlah kendaraan bermotor roda-dua dan roda-empat yang jumlah bertambahnya sangat signifikan dari waktu kewaktu, sementara kondisi jalan tetap stabil tidak ada pelebaran, menurut Kepala Dinas PU Banyumas, Kresnawan, genangan air hujan yang melimpah dibahu jalan berpotensi merontokan aspal sehingga mengakibatkan cepatnya bahu jalan mengalami kerusakan. Ditambahkan, untuk menanggulangi kerusakan jalan yang banyak tersebar dikampung-kampung atau pe desaan, sebetulnya warga masyarakat bisa melakukan kordinasi dengan Dinperkim atau dengan pemerintahan desa setempat untuk melakukan perbaikan jalan dilingkungan wilayahnya.
“Tapi kalau jalan dilingkungan perumahan yang belum diserahkan kepada kami pemeliharaannya, beljm bisa ditangani untuk melakukan perbaikan”, jelasnya.
Potensi lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan jalan disebabkan karena kapasitas muatan angkutan kendaraan. Pelanggaran bagi angkutan kendaraan karena kelebihan muatan sesuai ketentuan yang berlaku akan dikenai sangsi tilang pada angkutan kendaraan tersebut.
Mencari biang permasalahan apa dan siapa penyebab terjadinya kerusakan jalan yang paling dominan tentu perlu kebijakan, kesadaran dan transparansi dari berbagai pihak terkait. Apakah dari pihak angkutan kendaraan yang mengangkut beban kapasitas muatan, yang jelas tidak mungkin menuding cuaca ekstrim musim penghujan yang berkepanjangan, karena siapapun tidak mungkin bisa mengatur siklus pergantian musim atau cuaca, kecuali sang penguasa alam semesta ini.(Widoyo Satmoko).




