Purwokerto | mediasinarpagigroup.com – Roda kehidupan zaman akan terus berputar, berjalan sesuai dengan skenario yang telah digariskan Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Alam Semesta ini.
Sebagaimana dengan perjalanan hidup manusia dibumi ini akan berubah-ubah, sesuai dengan nasib individu masing-masing yang berbeda-beda, pilihan yang baik atau kurang dan bahkan mungkin tidak baik, itupun sudah merupakan ketentuan Tuhan, yang mampu membolak-balikan hati, ucapan, perasaan, perilaku dan karakter seseorang/manusia.
Demikian juga dengan perjalanan hidup suatu kaum atau bangsa disebuah negeri, dikota-kota besar/ibu-kota, kota-kota propinsi, kota-kota kabupaten/daerah semuanya juga akan mengalami perubahan, baik secara alami atau melalui sebuah proses yang berbeda-beda dari upaya para pimpinan dan stake holder daerah setempat/masing-masing.
Eksistensi terminal angkutan umum bus yang berfungsi sebagai pangkalan/transit kendaraan bus-bus besar trayek AKAP (antar kota antar propinsi) dan bus-bus mikro/lokal AKDP (antar kota dalam propinsi) untuk menurunkan/menaikan para penumpang bus-bus tersebut, disamping merupakan pangkalan kendaraan angkutan umum lainnya, seperti taxi, angkot (angkutan kota) dan angkudes (angkutan pedesaan) serta gojeg dan lain nya, juga tidak lepas dari hukum alam karena perkembangan jumlah penduduk yang semakin meningkat, bertambahnya jumlah kendaraan angkutan umum sendiri, sehingga terasa menjadi sumpek, menyempitkan lokasi area terminal, seperti yang dialami/terjadi dikota Purwokerto yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas di Jawa-Tengah.
Terminal Kota Purwokerto era kepemimpinan Gubernur Soepardjo Roestam yg semula berlokasi di perempatan Kebondalem, perbatasan antara jalan Jendral Gatot Soebroto dengan Kombes Bambang Soeprapto ini pada tahun 1980.an pindah kejalur selatan dijalan Gerilya, Purwokerto Selatan. Selanjutnya dalam perjalanan waktu yang cukup panjang, sekitar 20 tahun kemudian, karena alasan yang dengan sebelumnya, pada awal tahun 2000.an terminal kendaraan angkutan umum bus, yang pada era jadul (jaman dulu) sebutan “terminal” akrab disebut “koplak” itu pindah lagi kekelurahan Teluk, masih di Kecamatan Purwokerto Selatan.
Diperoleh keterangan, berpindahnya lokasi terminal itu bukan tanpa alasan. Karena sudah terasa sumpek dengan ukuran luas hanya sekitar 2 hektar, sedang jumlah kendaraan bus yang keluar-masuk saat itu semakin meningkat pesat, termasuk angkutan kota, angkutan wisata dan angkutan pedesaan.
Tercatat data tahun 2001 jumlah kendaraan bus AKAP (antar kota antar propinsi) yang keluar-masuk tiap hari mencapai 33 bus, AKDP (antar kota dalam propinsi) mencapai 131 bus serta 186 angkot, jumlah penumoang yang keluar/turun dari bus besar 225 orang/hari, dari bus sedang 890 orang/hari, dari angkot 1.127 orang dan yang berjalan kaki 2028 orang.
Selanjutnya menurut Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas, Ir. M. Hartono, saat ditemui wartawan media ini tahun 2001 silam, menjelaskan luas lahan terminal di Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, yang kemudian dinamakan Terminal Bulu Pitu itu mencapai 10 hektar, dengan biaya pembangunan mencapai Rp. 20,- Milyar lebih.
“Tahun 2001 ini telah mulai dilakukan pengurugan”, jelas Ir. M. Hartono (43) selalu perencana tekhnis pembangunan terminal Bulu Pitu, Purwokerto yang di desain oleh konsultan PT Pola Dwipa, Semarang. Lebih jauh Ir. Hartono menjelaskan berbagai fasilitas yang dibangun gedung terminal Bulu Pitu antara lain kantor terminal seluas 144 m2, lokasi parkir kendaraan bus seluas 9.770 m2, ruang tunggu penumpang 1298 m2, pos keamanan 72 m2, mushola 192 m2, kamar mandi+wc. 5 unit.
Selain dilengkapi dengan sarana fasilitas penunjang lainnya, seperti kantor operasional terminal, menara pengawas, pos pemeriksaan retribusi, peron, pos Satpam, pos kesehatan, ruang informasi dan 2 unit pemadam kebakaran, serta sarana penunjang ekonomi berupa kios-kios 4 m2 dan toko-toko seluas 5 x 6 m2.
Sepi, suasana dalam area parkir bus di Terminal Bulu Pitu, Purwokerto ( foto-foto : Widoyo ).
Setelah melewati proses pembangunan yang cukup panjang, terminal bus Bulu Pitu Purwokerto kategori terbesar di Jawa Tengah, pasca operasional melayani kendaraan angkutan umum Bus besar dan kecil, angkot dan angkudes, taxi maupun gojeg itu kemudian diresmikan fungsi dan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Ganjar Pranowo didampingi Bupati Banyumas, H. Mardjoko yang menjabat sebagai Bupati Banyumas selama satu periode (Th. 2008 – 2013) melanjutkan jabatan Bupati sebelumnya oleh HM. Aries Setiyono selama dua-periode (Th. 1998 – 2008).
Kemudian terminal bus Bulu Pitu yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi, administrasi dan Informasi (Dinhubkominfo) sekitar tahun 2017.an terminal Bulu Pitu yang mulai mengalami perubahan/penurunan jumlah angkutan kendaraan umum bus besar-kecil maupun penumpangnya, termasuk angkot dan angkudes kemudian pengelolaannya ditangani langsung oleh Kementerian Perhubungan Pusat bersamaan dengan mulai beroperasinya Bus lokal Trans Banyumas dan Trans Jateng yang mampu menggusur beroperasinya bus mikro lokal dan angkutan kota, ditambah dengan terjadinya wabah penyakit covid mulai tahun 2019 telah merubah suasana semakin berkurang beroperasinya kendaraan angkutan umum bus besar maupun kecil, angkot, angkudes dan gojeg, bahkan angkot sdh tidak satupun yang tampak beroperasi didalam kota Purwokerto.
Demikian sekilas/selayang pandang lika-liku akses pelayanan yang paling esensial yang telah diperjuangkan oleh Pemda Kabupaten Banyumas untuk melayani kebutuhan masyarakat luas dibidang transportasi. Tentu kita tidak bisa mencari kambing hitam untuk saling menyalahkan siapa dan apa penyebabnya, karena semua pasti ada hikmahnya. Kurang dan lebihnya mohon maaf, semoga Tuhan melindungi segenap bangsa Indonesia. (Purwokerto, akhir September 2025).